Menjelang bulan-bulan mulia dalam kalender Hijriyah, umat Islam memiliki banyak kesempatan untuk memperbanyak amal ibadah. Salah satu ibadah yang sangat dianjurkan adalah puasa sunnah, terutama pada hari-hari istimewa seperti Hari Arafah, Asyura, dan Tasu’a. Ketiga hari ini memiliki nilai spiritual yang tinggi dan menjadi momentum penting untuk memperkuat keimanan, memperbanyak amal, serta meraih pengampunan dari Allah SWT.
Puasa Hari Arafah: Penghapus Dosa Dua Tahun
Hari Arafah jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah, sehari sebelum Iduladha. Bagi umat Islam yang tidak sedang menunaikan ibadah haji, puasa pada hari ini sangat dianjurkan. Rasulullah SAW bersabda:
“Puasa pada hari Arafah, aku berharap kepada Allah agar menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR. Muslim no. 1162)
Keutamaan ini menjadikan puasa Hari Arafah sebagai salah satu puasa sunnah paling utama. Selain itu, Hari Arafah juga dikenal sebagai hari di mana doa-doa sangat mustajab dan Allah membanggakan hamba-hamba-Nya yang berwukuf di Arafah kepada para malaikat. Bagi yang tidak berhaji, puasa ini menjadi bentuk solidaritas spiritual terhadap saudara-saudara yang sedang menunaikan rukun Islam kelima.
Puasa Asyura: Syukur atas Keselamatan Nabi Musa
Tanggal 10 Muharram dikenal sebagai Hari Asyura. Pada hari ini, Nabi Musa AS dan Bani Israil diselamatkan dari kejaran Fir’aun. Rasulullah SAW pun berpuasa pada hari tersebut dan menganjurkan umatnya untuk melakukannya sebagai bentuk syukur. Beliau bersabda:
“Puasa pada hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)
Selain itu, Asyura juga menjadi hari yang penuh sejarah dan makna. Bagi sebagian umat Islam, hari ini juga menjadi momen untuk mengenang perjuangan dan pengorbanan cucu Rasulullah SAW, Imam Husain RA, dalam peristiwa Karbala. Meskipun tidak diwajibkan, puasa Asyura menjadi bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai keimanan, keberanian, dan keteguhan hati dalam menghadapi ujian.
Puasa Tasu’a: Menyempurnakan Ibadah Asyura
Untuk membedakan diri dari kaum Yahudi yang juga berpuasa pada hari Asyura, Rasulullah SAW menganjurkan untuk juga berpuasa pada tanggal 9 Muharram, yang dikenal sebagai Hari Tasu’a. Dalam sebuah hadist dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda:
“Jika aku masih hidup tahun depan, sungguh aku akan berpuasa juga pada hari kesembilan (Tasu’a).” (HR. Muslim no. 1134)
Puasa Tasu’a dan Asyura menjadi pasangan ibadah yang saling melengkapi. Selain mengikuti sunnah Nabi, puasa ini juga menjadi bentuk kehati-hatian agar tidak menyerupai praktik ibadah agama lain. Ini menunjukkan betapa Islam sangat memperhatikan identitas ajarannya dari agama lain.
Hikmah dan Refleksi dari Puasa Sunnah
Puasa pada hari-hari istimewa ini bukan hanya soal menahan lapar dan haus, tetapi juga latihan spiritual untuk menahan hawa nafsu, memperbanyak doa, dan memperbaiki hubungan dengan Allah SWT. Dalam suasana yang penuh keberkahan ini, umat Islam diajak untuk merenungi makna pengorbanan, kesabaran, dan keikhlasan. Puasa menjadi sarana untuk membersihkan hati, memperkuat iman, dan memperbaiki diri secara menyeluruh.
Jangan Lewatkan Kesempatan Emas Ini
Puasa Hari Arafah, Asyura, dan Tasu’a adalah kesempatan emas yang seharusnya tidak dilewatkan oleh setiap Muslim. Selain pahala besar dan pengampunan dosa, puasa ini juga menjadi bentuk nyata dari ketakwaan dan kecintaan kepada Allah SWT. Mari kita manfaatkan hari-hari istimewa ini untuk memperbanyak ibadah, memperbaiki diri, dan menebar kebaikan kepada sesama. Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita termasuk dalam golongan hamba-Nya yang bertakwa. Aamiin.