Kisah Uwais Al-Qarni, Pemuda yang Dirindukan Rasulullah Karena Baktinya kepada Ibu

Kisah Uwais Al-Qarni, Pemuda yang Dirindukan Rasulullah Karena Baktinya kepada Ibu

BSI Maslahat, November 2025 – Uwais Al-Qarni merupakan seorang pemuda dari Yaman yang hidup di zaman Rasulullah SAW. Uwais hanya tinggal bersama ibu nya yang lumpuh dan buta. Uwais menjadi pemuda yang Rasulullah SAW rindukan meski semasa hidup mereka tak pernah bertemu. Bagaimana bisa? dalam artikel ini akan diceritakan kisah inspiratif Uwais Al-Qarni, seorang pemuda yang dirindukan Rasulullah SAW. 

Rasulullah SAW menceritakan kisah Uwais kepada para sahabat-sahabatnya. Rasulullah bercerita Rasulullah bercerita, bahwa ada seseorang yang kelihatannya dekil dan terkadang kehadirannya di mata manusia hanya seperti debu belaka. Padahal, orang tersebut adalah berlian yang memiliki kedudukan tinggi di mata Allah Taala.   

Mendengar hal tersebut, para sahabat meminta contoh seseorang yang seperti itu. Rasulullah pun tersenyum lebar, membayangkan kisah seseorang yang dibritahu langsung oleh Allah Taala mengenai kisahnya. Rasulullah berkata, “Contohnya seperti Uwais Al-Qarni.” Para sahabat pun bertanya kembali “Uwais itu apa wahai Rasul?”. Rasulullah menjawab “Ia adalah seorang pemuda yang mendapat kedudukan tinggi di mata Allah disebabkan karena baktinya kepada ibunya.” 

Diceritakan bahwa Uwais pernah mengalami sakit kulit berupa penyakit belang. Hingga akhirnya Allah memberikan kesembuhan kecuali dibagian lengannya. Hal ini merupakan doa Uwais sendiri, agar Allah tidak memberikan kesembuhan total, sebagai bentuk muhasabah baginya ketika ia melihatnya membuatnya bersyukur atas nikmatnya diberi kesembuhan.  

Uwais merupakan seorang pemuda fakir dan yatim, yang sangat berbakti kepada ibunya. Semua permintaan sang ibu selalu dipenuhinya.  Setiap hari Uwais menggembala domba yang hanya cukup untuk memberi makan ibunya. Sementara Uwais seringkali berpuasa.  

Semasa hidup, Uwais sangat ingin sekali bertemu dengan Rasulullah SAW. Namun, ia tidak tega untuk meninggalkan sang ibu seorang diri. Rasa rindu ingin bertemu yang sudah tak terbendung lagi, membuatUwais pun akhirnya meminta izin kepada sang Ibu, untuk pergi ke Madinah menemui Rasulullah. Sang ibu memberikan izin dan berpesan, agar selepas Uwais bertemu Rasulullah, ia harus segera bergegas pulang.  

Uwais Al-Qarni Pergi Ke Madinah untuk Bertemu Rasulullah 

Setelah menmpuh perjalanan dari Yaman ke Madinah Uwais pun akhirnya tiba di depan rumah Rasulullah SAW. Ia ketuk pintu tersebut seraya mengucap salam, hingga akhirnya pintu tersebut dibuka oleh Sayyidah Aisyah r.a. Sayyidah Aisyah menyampaikan bahwa Rasulullah sedang tak berada di rumah. Beliau sedang berada di meda perang.  

Mendapati bahwa Rasul sedang tak berada di rumah, dalam hati Uwais ingin menunggu kedatangan Rasul. Namun ia terus teringat pesan sang Ibu, yang berpesan setelah ia sampai di rumah Rasulullah, ia harus segera pulang. 

Karena tingginya ketaatan Uwais kepada sang ibu, Uwais pun segera bergegas Kembali ke Yaman. Ia hanya menitipkan salamnya untuk Rasul kepada Sayyidah Aisyah. Dalam perjalanan pulang, langkahnya ia percepat dengan perasaan sedih hingga haru membiru. 

Peperangan telah usai, Rasulullah pun kembali menuju di Madinah. Sesampainya di rumah, Rasulullah menanyakan seseorang yang mencarinya kepada Sayyidah Aisyah. Rasulullah mengatakan bahwa pemuda tersebut adalah penghuni langit. Mendengar hal tersebut, Sayyidah Aisyah keheranan dari mana Rasulullah tahu bahwa yang mencarinya adalah seorang pemuda. Sayyidah Aisyah membenarkan bahwa yang mencari Rasulullah adalah seorang pemuda dari Yaman. Ia harus segera pulang ke Yaman karena tak bisa meninggalkan ibunya lebih lama lagi karena beliau sudah tua dan menderita lumpuh juga buta. 

Rasulullah melanjutkan keterangannya bahwa pemuda itu bernama Uwais Al-Qarni. Seorang fakir dan yatim di dunia, namun sangat disanjung oleh para penghuni langit. Ia memiliki kedudukan tinggi di mata Allah karena ketaatannya kepada sang ibu. 

Rasulullah juga menceritakan tentang Uwais kepada para sahabat. “Kalau kalian ingin berjumpa dengan Uwais, pergilah ke Yaman. Perhatikanlah karena Uwais memilki tanda putih di lengannya.” Rasulullah juga menyarankan sahabat untuk meminta doa dan istigfar darinya, sebab ia adalah penghuni langit bukan penduduk bumi. 

Kisah Khalifah Umar dan Ali Bertemu Uwais 

Kisah Uwais ini terdengar juga oleh khalifah Umar bin Khattab dan Sayyidina Ali bin Abi Talib. Bertahun-tahun kemudian, keduanya teringat sabda Nabi SAW tentang seorang pemuda yang sangat terkenal di kalangan penghuni langit.  

Sejak saat itu, Khalifah Umar selalu mencari Uwais. Hingga akhirnya khalifah Umar dan sayyidina Ali mendatangi rombongan khalifah yang datang dari Yaman. Keduanya mendatangi perkemahan rombongan dari Yaman tersbut untuk bertemu Uwais. Mereka pun akhirnya bertemu Uwais, dan benar saja tanda putih di lengan seperti yang disabdakan Nabi itu ada pada Uwais. 

Khalifah Umar dan Sayyidina Ali lantas meminta Uwais untuk membacakan doa dan istigfar. Namun Uwais menolaknya, seraya berkata, “Sayalah yang harus meminta doa pada kalian.” Khalifah Umar dan Sayyidina Ali tetap meminta untuk didoakan. Akhirnya Uwais pun berkenan melakukannya. 

Setelah itu, Khalifah Umar hendak memberikan jaminan hidup kepada Uwais. Namun lagi-lagi tawaran itu ditolak olehnya. Ia berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.” 

Kisah Uwais Menggendong Sang Ibu dari Yaman Ke Mekkah untuk Ibadah Haji 

Kisah keteladanan Uwais Al-Qarni kepada sang Ibu, membuatnya Uwais selalu ingin memenuhi permintaan sang Ibu. Hampir semua permintaan sang Ibu telah Uwais penuhi, kecuali satu permintaan yakni melaksanakan Ibadah haji.  

Suatu hari, sang ibu berkata kepada Uwais “Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersamamu. Ikhtiarkan agar ibu dapat mengerjakan haji,” ungkap sang ibu. Mendengar ucapan sang ibu, Uwais terdiam dan merenung lama.  

Perjalanan menuju Makkah sangat jauh dan melewati padang tandus yang panas. Umumnya, jamaah haji saat itu menunggang unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais adalah pemuda miskin tanpa kendaraan maupun bekal perjalanan.  Ia terus berpikir mencari cara agar tetap bisa mewujudkan keinginan ibunya. 

Akhirnya, Uwais membeli seekor anak lembu dengan tabungan yang ia miliki. Ia membangun kandang di puncak bukit untuk merawat lembu tersebut. Setiap pagi, Uwais menggendong anak lembu itu naik-turun bukit tanpa henti. Warga sekitar heran dan menganggapnya aneh, bahkan menuduhnya gila. Namun Uwais tetap sabar dan melanjutkan rutinitasnya setiap hari. 

Hari demi hari, anak lembu itu tumbuh besar dan makin berat. Latihan rutin membuat otot Uwais semakin kuat tanpa ia sadari. Delapan bulan berlalu, tibalah musim haji yang dinanti-nantikan. Kini, lembu Uwais telah mencapai berat sekitar 100 kilogram. 

Ternyata, semua latihan itu memiliki tujuan mulia yang tak disangka. Uwais ingin melatih tubuhnya agar mampu menggendong ibunya ke Makkah. Dengan penuh cinta, ia memanggul ibunya menempuh perjalanan panjang dari Yaman. Langkah demi langkah ia lalui di padang pasir menuju tanah suci. 

Setibanya di Makkah, ibunya menitikkan air mata haru di hadapan Ka’bah. Keduanya berdoa penuh khusyuk memohon ampunan kepada Allah Subhanahu Wata’ala. “Ya Allah, ampunilah dosa ibuku,” ucap Uwais lirih. Sang ibu bertanya, “Bagaimana dengan dosamu sendiri, wahai anakku?” Uwais menjawab, “Cukuplah ridha ibu yang akan membawaku ke surga.” 

Keikhlasan dan cinta tulus Uwais kepada ibunya menjadi teladan sepanjang masa. Atas baktinya itu, Allah Taala menganugerahkan kemuliaan kepadanya. Semoga kisah ketaatan Uwais kepada sang ibunda dapat menginspirasi kita semua, untuk senantiasa berbakti kepada kedua orang tua.