Dalam kehidupan yang penuh ujian, berbaik sangka kepada Allah adalah sikap yang harus tertanam kuat dalam hati setiap Muslim. Sikap ini bukan hanya bentuk optimisme, tetapi juga cerminan dari keimanan yang kokoh terhadap sifat-sifat Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Bijaksana. Ketika seseorang menghadapi kesulitan, musibah, atau doa yang belum terkabul, maka berbaik sangka kepada Allah menjadi penopang utama agar tidak terjerumus dalam keputusasaan.
Allah memerintahkan hamba-Nya untuk tidak berputus asa dari rahmat-Nya dan selalu menyandarkan harapan kepada-Nya. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
“Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)
Ayat ini menjadi dasar kuat bahwa Allah menginginkan hamba-Nya untuk selalu berharap dan berbaik sangka kepada-Nya, bahkan setelah melakukan kesalahan.
Rujukan Hadis dan Al-Qur’an tentang Berbaik Sangka
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadist:
“Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Jika ia berbaik sangka, maka baginya kebaikan. Jika ia berburuk sangka, maka baginya keburukan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa prasangka seorang hamba kepada Allah akan menentukan bagaimana Allah memperlakukannya. Maka, seorang mukmin harus selalu menanamkan keyakinan bahwa apa pun yang Allah takdirkan adalah yang terbaik, meskipun terkadang tidak sesuai dengan keinginan.
Berbaik Sangka Diwujudkan dengan Banyak Beramal
Berbaik Sangka kepada Allah bukan hanya dalam bentuk pikiran positif, tetapi juga harus diwujudkan dalam amal nyata. Orang yang benar-benar yakin bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Pemberi balasan kebaikan, akan:
- Rajin beribadah, karena yakin Allah akan menerima amalnya.
- Bersabar dalam ujian, karena percaya bahwa ada hikmah dan pahala besar di baliknya.
- Bertobat dengan sungguh-sungguh, karena yakin Allah akan mengampuni.
- Bersemangat dalam kebaikan, karena yakin Allah akan membalas dengan kebaikan yang lebih besar.
Sebaliknya, orang yang malas beramal namun mengaku berprasangka baik kepada Allah, sejatinya sedang berdusta atas nama husnuzhan. Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata:
“Kebanyakan manusia tertipu dengan harapan kosong dan prasangka baik kepada Allah, padahal mereka sedang bermaksiat dan meninggalkan kewajiban.”
(Madarijus Salikin, 2/301)
Berbaik Sangka kepada Allah adalah pondasi keimanan yang harus dibarengi dengan amal saleh. Ia menjadi sumber kekuatan dalam menghadapi ujian, serta pendorong untuk terus memperbaiki diri. Semoga kita termasuk hamba-hamba yang selalu berbaik sangka kepada Allah dan membuktikannya dengan amal yang ikhlas dan istiqamah.