PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) dan BSI Maslahat terus mengimplementasikan environmental, social
and governance (ESG) sebagai misi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
berkelanjutan Indonesia. Hal itu, diimplementasikan melalui pembiayaan keuangan
berkelanjutan mencapai Rp 51,15 triliun dan berkontribusi 24,63% terhadap
pembiayaan BSI secara nasional.
Konsistensi BSI dalam penerapan green economy diimplementasikan melalui
berbagai aktivitas hijau di antaranya pembangunan gedung BSI berkonsep green
building di Aceh, dan penyediaan mesin daur ulang plastik. Dengan penyediaan
reverse vending machine BSI telah mengkonversi sampah plastik sebanyak 134.166
botol plastik dan membantu menguransi emisi karbon sebanyak 9.257.446 gram.
BSI juga secara konsisten membangun ekosistem bisnis syariah secara
menyeluruh dari hulu hingga hilir sehingga mampu menjadi kesatuan yang solid
dan terus tumbuh berkualitas. Selanjutnya, BSI juga menyalurkan dana zakat
untuk program kemajuan ummat dhuafa sebesar Rp 141 miliar.
Zakat ini berasal dari zakat perusahaan dan dari zakat penghasilan
karyawan. Zakat perusahaan ini berasal dari laba BSI selama 2022.
Seperti diketahui, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) membukukan kinerja
yang impresif sepanjang 2022 dengan membukukan laba bersih sebesar Rp4,26
triliun, tumbuh 40,68% secara tahunan (yoy).
Pencapaian ini merupakan laba tertinggi sepanjang sejarah berdirinya
bank syariah di Indonesia.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi menyampaikan rasa syukurnya atas capaian
yang sangat impresif di tahun kedua yang merupakan hasil kerja yang solid dan
strategi respon yang tepat (strategic response) BSI di tengah berbagai
tantangan ekonomi di sepanjang tahun 2022.
Hery menambahkan, memasuki usia 2 tahun BSI telah menjadi market leader
dalam industri keuangan syariah di Indonesia, baik dari sisi jaringan, customer
based, capital untuk dapat melayani umat dan nasabah. Sebagai negara dengan
populasi muslim terbesar di Indonesia, BSI terus mengoptimalkan potensi
pengembangan Islamic Ecosystem dalam negeri, mulai dari peningkatan literasi
keuangan syariah, menyasar ekosistem Ziswaf, masjid, pendidikan, kesehatan dan
industri manufaktur lainnya.
“Alhamdulillah, di tahun kedua sejak berdirinya BSI mampu mencetak laba
impresif. Pencapaian ini membuktikan strategic response BSI yang tepat untuk
meraih pertumbuhan bisnis yang sehat, penghimpunan dana masyarakat, menjaga sustainability
pertumbuhan yang fokus pada aspek likuiditas terutama pertumbuhan dana murah,
serta menjaga kualitas aset,†jelasnya.
Lebih lanjut Hery menambahkan, pertumbuhan laba perseroan diiringi dengan
meningkatnya aset BSI yang saat ini mencapai Rp 305,73 triliun, tumbuh 15,24%
secara year on year. Selain itu, juga ditopang oleh pertumbuhan bisnis yang
sehat dari segmen retail dan wholesale serta didukung oleh peningkatan dana
murah, kualitas pembiayaan yang baik, efisiensi dan efektivitas biaya dan fee
based income (FBI).
Peningkatan laba bersih juga didorong oleh pencapaian kinerja penghimpunan
dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp261,49 triliun yang tumbuh 12,11% secara yoy,
pembiayaan yang tumbuh 21,26% secara yoy menjadi Rp 207,70 triliun , kualitas
pembiayaan yang terjaga baik tercermin dari NPF Gross di level 2,42% serta
peningkatan fee based income BSI Mobile mencapai Rp 251 miliar, tumbuh 67%
secara yoy.
Hingga Desember 2022, total pembiayaan BSI mencapai Rp 207,70 triliun,
dengan porsi pembiayaan yang didominasi oleh pembiayaan konsumer sebesar Rp
106,40 triliun, tumbuh 25,94% secara yoy. Selain itu, pembiayaan wholesale
sebesar Rp 57,18 triliun atau tumbuh 15,80%
secara yoy dan pembiayaan mikro yang mencapai Rp 18,74 triliun, tumbuh
32,71% secara yoy.
Meningkatnya pemahaman literasi keuangan syariah di Indonesia, tambah Hery,
juga menjadi pendorong pertumbuhan kinerja dan efektivitas layanan digital yang
mampu menjangkau nasabah sesuai segmen. “Capaian ini merupakan apresiasi bagi
BSI atas kepercayaan nasabah terhadap kinerja positif industri perbankan
syariah di Indonesia. Kedepan, perseroan secara kontinu akan lebih agile untuk
mewujudkan BSI menjadi top 5 di pasar domestik dan top 10 di level global,â€
tutur Hery.
Dari sisi likuiditas, BSI mencatat
perolehan DPK BSI mencapai Rp 261,49 triliun,
yang didominasi oleh tabungan wadiah mencapai Rp 44,21 triliun dan
berada di peringkat ke 5 tabungan secara nasional dengan jumlah nasabah BSI
mencapai 17,78 juta orang. Pencapaian
ini memberikan pengaruh positif terhadap rasio Cost of Fund (CoF) BSI menjadi
1,62%.
Rasio keuangan BSI juga solid, tumbuh dan terintermediasi dengan baik. Terlihat dari ROE (Return of Equity)
sebesar 16,84% dan ROA (Return of Asset) sebesar 1,98%. Selain itu, dari
sisi biaya BSI mencatat efektifitas dan efisiensi yang tercermin dari rasio
BOPO (Biaya Operasional) menjadi 75,88%.