Kisah Nabi Ibrahim Lengkap Dari Lahir Hingga Wafatnya

Kisah Nabi Ibrahim AS patut diketahui sebagai bahan pembelajaran agar  diambil hikmahnya oleh seluruh umat Islam. Nabi Ibrahim AS merupakan salah satu dari 25 Nabi yang wajib diketahui oleh umat Islam.

Kemudian bagaimana perjalanan kehidupan Nabi Ibrahim AS dari saat kelahiran, perjalanan dakwah hingga wafatnya? Disini akan dibahas lengkap mengenai bagaimana kehidupan Beliau dan perjalanan dakwah menyampaikan kebaikan yang diwahyukan oleh Allah SWT.

Baca juga: Penyakit ‘ain Itu Nyata, Ini Ciri dan Cara Mencegahnya

Kisah Nabi Ibrahim a.s

Nabi Ibrahim AS merupakan salah satu nabi yang menghadapi cobaan lebih dibandingkan dengan umat muslim pada umumnya. Kisah hidup beliau dari sejak lahir hingga wafat bisa dijadikan pembelajaran bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan di masa kini. Berikut beberapa uraian kisahnya.

  1. Kisah Kelahiran Nabi Ibrahim a.s

Nabi Ibrahim adalah anak dari Azar yang masih keturunan Sam bin Nuh. Nabi Ibrahim lahir pada tahun 2295 sebelum Masehi di negeri yang bernama Mausul. Nabi Ibrahim lahir di zaman kekuasaan kerajaan Raja Namrud. Raja Namrud adalah penguasa Kerajaan Babylonia. Pada suatu ketika, Raja Namrud mendapat firasat dalam mimpinya bahwa akan ada seorang anak laki-laki yang akan membuatnya susah dan kelak akan meruntuhkan kerajaannya.

Raja Namrud segera menurunkan perintah untuk membunuh setiap anak laki-laki yang ada di Babylonia. Anak yang dimaksudkan dalam kisah tersebut adalah Nabi Ibrahim a.s. Tetapi Allah menyelamatkan ibu Ibrahim dengan tidak memperlihatkan tanda-tanda kehamilan saat sang ibu mengandungnya, sehingga ibunya dapat melahirkan dan Ibrahim bisa tumbuh besar dan selamat dari kejahatan Raja Namrud.

2.    Kisah Nabi Ibrahim Semasa Kecil

Pada suatu hari, Nabi Ibrahim bertanya mengenai patung yang dibuat ayahnya, lalu ayahnya memberitahunya bahwa semua itu adalah patung dari tuhan-tuhan. Melihat hal tersebut Nabi Ibrahim keheranan dan menolak pemikiran tersebut. Nabi Ibrahim memanfaatkan patung-patung itu untuk bermain, bahkan terkadang ia menunggangi punggung patung-patung seperti orang-orang yang biasa menunggangi keledai.

Pada suatu hari, ayahnya melihatnya sedang menunggangi punggung patung yang bernama Mardukh. Seketika ayahnya marah dan melarangnya untuk bermain dengan patung tersebut. Ibrahim bertanya: “Patung apakah ini wahai ayahku? Kedua telinganya besar, lebih besar dari telinga kita.” Ayahnya menjawab: “Itu adalah Mardukh, Tuhan dari para Tuhan wahai anakku, dan kedua telinga yang besar itu sebagai simbol dari kecerdasan yang luar biasa.” Ibrahim tampak tertawa, padahal saat itu beliau baru menginjak usia tujuh tahun.

Suatu ketika Ibrahim bersama ayahnya masuk di tempat penyembahan, tempat dimana patung-patung itu berada. Saat itu terdapat suatu pesta dan perayaan di hadapan patung-patung, dan di tengah-tengah perayaan tersebut terdapat dukun yang memberikan pengarahan tentang kehebatan Tuhan berhala yang paling besar. Dengan suara yang penuh penghayatan, dukun itu memohon kepada patung agar menyayangi kaumnya dan memberi mereka rezeki.

Tiba-tiba keheningan saat itu dipecah oleh suara Ibrahim yang ditujukan kepada tokoh dukun itu: “Wahai dukun, ia tidak akan pernah mendengarmu. Apakah engkau meyakini bahwa ia mendengar?” Saat itu semua terlihat kaget dan mencari dari mana asal suara itu. Ternyata mereka mendapati bahwa suara itu adalah suara Ibrahim. Lalu tokoh dukun itu mulai menampakkan kerisauan dan kemarahannya. Kemudian ayahnya berusaha menenangkan keadaan dan mengatakan bahwa anaknya sakit dan tidak mengetahui apa yang dikatakannya tadi.

Lalu mereka keluar dari tempat penyembahan itu, dan ayah membawa Ibrahim kecil menuju tempat tidur dan berusaha menidurkannya lalu meninggalkannya. Namun, Ibrahim tidak tertidur begitu saja, ketika beliau melihat kesesatan yang menimpa manusia. Beliau pun segera bangkit dari tempat tidurnya. Beliau bukan seorang yang sakit. Beliau merasa dihadapkan pada peristiwa yang besar. Beliau menganggap mustahil bahwa patung-patung yang terbuat dari kayu-kayu dan batu-batuan itu menjadi Tuhan bagi kaumnya.

3.    Kisah Nabi Ibrahim Mencari Tuhan

Ibrahim keluar dari rumahnya menuju ke sebuah gunung. Beliau berjalan sendirian di tengah kegelapan. Beliau memilih salah satu gua di gunung tersebut, lalu menyandarkan punggungnya dalam keadaan duduk termenung. Beliau memperhatikan langit. Beliau mulai bosan memandang bumi yang dipenuhi dengan suasana jahiliyah yang bersandarkan kepada berhala. Akhirnya Nabi Ibrahim a.s memutuskan untuk melakukan pencarian. Tuhan yang harus disembah pasti sesuatu yang istimewa dan mempunyai kemampuan yang tidak tertandingi. Kemudian Allah memperlihatkan tanda-tanda keagungan-Nya dengan memperlihatkan bintang, bulan, dan matahari kepada beliau.

Hingga akhirnya Nabi Ibrahim mulai mengerti bahwa Tuhan yang disembah bukanlah Tuhan berupa benda yang terbit dan tenggelam. Tuhan yang patut disembah adalah Tuhan yang menerbitkan dan yang menenggelamkan. Allah kemudian memberi petunjuk kepada Nabi Ibrahim bahwa Allah adalah Tuhan yang selama ini beliau cari. Nabi Ibrahim yang sudah memiliki kemantapan hati hendak memerangi syirik dan persembahan berhala yang terjadi dalam masyarakat kaumnya ingin lebih dahulu mempertebalkan iman dan keyakinannya. Menentramkan hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin sesekali mengganggu pikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.

Baca juga: Bacaan Ayat 1000 Dinar, Arab, Latin, dan Terjemahannya 

Berserulah ia kepada Allah : “Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati.” Allah menjawab seruannya dengan berfirman: Tidaklah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku ?” Nabi Ibrahim menjawab: “Benar, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya pada Mu dan kepada kekuasaan-Mu, tetapi aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepalaku sendiri, agar aku dapat mendapat ketentraman dan ketenangan dan hatiku dan agar kami menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu.”

Kemudian Allah mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim, dan Allah perintahkan Nabi menangkap empat ekor burung. Kemudian Allah perintahkan Nabi Ibrahim memperhatikan dan meneliti bagian tubuh-tubuh burung tersebut. Memotongnya menjadi berkeping-keping hingga hancur luluh dan bercampur baur itu diletakkan di atas puncak setiap bukit dari empat bukit yang letakknya berjauhan satu dari yang lain. Setelah mengerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah, Nabi Ibrahim diperintahkan untuk memangil burung-burung yang telah terkoyak koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bagian tubuh burung dari bagian yang lain.

Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah beterbangan empat ekor burung itu dalam keadaan utuh bernyawa seperti semula saat mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim as kepadanya. Lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah Yang Maha Berkuasa dapat menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak.

4.    Kisah Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala Raja Namrud

Pada suatu hari, saat Raja Namrud dan kaumnya pergi meninggalkan negerinya, sehingga kampung-kampungnya kosong. Ibrahim melaksanakan niat yang selama ini dipendamnya yakni menghancurkan berhala-berhala yang dipuja dan disembah oleh Raja Namrud dan kaumnya. Beliau menghancurkannya menggunakan kapak, dan hanya satu yang tidak dihancurkan, Hal ini Ia lakukan dengan sengaja, lalu kapaknya dikalungkan dileher patung terbesar itu.  Beberapa hari kemudian Raja Namrud dan pengikutnya tiba kembali di negerinya, ia murka saat mengetahui bahwa seluruh patung-patung yang selama ini disembah sudah hancur.

Raja Namrud seketika langsung menuduh Nabi Ibrahim sebagai pelakunya, dan mengadili Nabi Ibrahim. Sang Raja berkata dengan geram, “Wahai Ibrahim, bukankah engkau yang telah menghancurkan berhala-berhala ini?”. “Bukan!” jawab Ibrahim singkat. Mendengar jawaban itu, Raja Namrud semakin geram dan berkata: “Lalu siapa lagi kalau bukan engkau, bukankah kau berada disini saat kami pergi dan bukankah engkau membenci berhala-berhala ini?” “Ya, tapi bukan aku yang menghancurkan berhala-berhala itu. Aku pikir, berhala besar itulah yang menghancurkannya, bukankah kapaknya masih berada dilehernya?” sahut Ibrahim dengan tenang.

Raja Namrud membantahnya: “Mana mungkin patung berhala dapat berbuat semacam itu!”. Mendengar hal itu dengan tegas Nabi Ibrahim berkata: “Kalau begitu, kenapa engkau menyembah berhala yang tidak bisa berbuat apa-apa?” Mendengar pernyataan Ibrahim, para pengikutnya kemudian menjadi kaget dan tersadar bahkan terpikir oleh mereka Tuhan yang selama ini disembah tidak dapat melihat, mendengar, dan bergerak.  Namun berbeda dengan Raja Namrud pekataan Nabi Ibrahim justru membuatnya semakin murka.

Akhirnya Raja Namrud memerintahkan para tentaranya untuk menghukum Nabi Ibrahim dengan hukuman mati, yaitu dibakar hidup-hidup.Akan tetapi Allah menyelamatkannya dengan kuasanya, dan berfirman: Artinya: “Kami berfirman: “Hai api, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.” (QS. Al-Anbiya: 69). Saat api telah padam, Raja Namrud terkejut karena ternyata Nabi Ibrahim tiba-tiba berjalan keluar dari puing-puing pembakaran dengan selamat tanpa luka sedikitpun. Setelah itu, Nabi Ibrahim pergi berhijrah ke negeri Kan’an dan Baitul Maqdis, di sanalah beliau hidup dan memiliki keturunan.

5.    Kisah Nabi Ibrahim Mendapatkan Ujian

Nabi Ibrahim memiliki dua istri yaitu Sarah dan Siti Hajar serta memiliki dua putra Ismail dan Ishaq yang keduanya pun menjadi Nabi dan Rasul Allah. Ismail dilahirkan oleh Siti Hajar dan Ishaq dilahirkan oleh Sarah. Beliau menikah dengan Hajar karena bersama Sarah tidak dikaruniai anak, kemudian Sarah meminta Ibrahim untuk menikahi budaknya Hajar dan lahirlah Ismail. Namun, kemudian tidak lama Sarah akhirnya memiliki putra yang diberi nama Ishaq.

Ketika Ismail tumbuh dewasa, Allah hendak menguji kesetiaan Ibrahim terhadap perintah-perintah-Nya melalui sebuah mimpi tentang penyembelihan anak. Lalu tanpa mengeluh dan merubah kekuatan keimanan beliau, Nabi Ibrahim mengajak Ismail untuk menunaikan perintah Allah. Ketika Ibrahim membaringkan putranya untuk melaksanakan perintah Allah, terlebih dahulu ia meminta tanggapan dan persetujuan dari sang putra yakni Ismail. Ibrahim berkata:

“Wahai putraku, sesungguhnya aku melihat dalam sebuah mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka sampaikanlah apa pendapatmu!” Putranya menjawab: “Wahai ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; dengan perkenan Allah, kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”

Tatkala putranya telah merelakan diri serta Ibrahim telah bersiap mengulurkan tangan untuk menyembelih putranya, seketika Allah memanggil Ibrahim supaya menahan tangannya. Sebab tindakan ini membuktikan bahwa Ibrahim bersedia melaksanakan apapun untuk Allah, juga membuktikan wujud seorang hamba yang berbakti serta seorang sosok yang terpercaya bagi Allah.

Kemudian Ibrahim mendapati seekor kambing sembelihan besar sebagai kurban pengganti putranya. Nabi Ibrahim a.s mendapatkan tempat khusus di sisi Allah Swt. Ibrahim termasuk salah satu nabi ulul azmi di antara lima nabi di mana Allah SWT mengambil dari mereka satu perjanjian yang berat, yaitu ujian di atas kemampuan manusia biasa.

Meskipun menghadapi ujian dan tantangan yang berat, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sebagai seorang hamba yang menepati janjinya dan selalu menunjukan sikap terpuji.

6.    Wafatnya Nabi Ibrahim

Ketika memasuki umur seratus lima puluh, Allah menampakkan uban pada rambut Nabi Ibrahim. Ulama berkata, “Alasan Allah memunculkan uban kepada Nabi Ibrahim adalah karena Ishaq, putra beliau sangat mirip dengan beliau. Masyarakat disekitar tempat tinggal beliau tidak bisa membedakan antara keduanya. Orang datang kepada Ishaq dan menyangka bahwa dia adalah Ibrahim. Orang tersebut menyapa, “Assalamualaikum, wahai kholilullah.”

Baca juga: 3 Amal yang Tidak Akan Terputus Pahalanya Setelah Meninggal Dunia

Akhirnya Ishaq menjawab, “Aku adalah anak dari khalilullah. Ia lebih baik dari pada aku. Dia bak tuanku dan aku ibarat budaknya.” Saat orang-orang mulai tidak bisa membedakan antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ishaq maka Allah memberinya tanda berupa uban.

Namun, Nabi Ibrahim merasa sedih melihat rambut ubannya yang memutih. Tetapi, beliau tidak bisa menolak apa yang dialaminya. Nabi Ibrahim adalah orang yang pertama kali beruban dari keturunan Nabi Adam.

Kemudian juga diriwayatkan, ketika malaikat maut hendak mencabut nyawa Nabi Ibrahim as, maka beliau berkata, “Hai malaikat maut, apakah kamu pernah tahu seorang kekasih mencabut nyawa orang yang dicintainya.” Maka malaikat maut naik ke langit untuk melaporkannya kepada Allah Swt.

Lalu Allah berkata, “Katakanlah kepada kekasihku, “Apakah seorang kekasih tidak suka bertemu dengan orang yang dicintainya?” Lalu malaikat maut kembali kepada Nabi Ibrahim. Dia menyampaikan apa yang dikatakan Allah SWT.

Mendengarnya, Nabi Ibrahim berkata kepada dirinya, “Tenanglah dirimu untuk saat ini.”

Kemudian malaikat maut mencabut nyawa beliau. Nabi Ibrahim dikuburkan di perkebunan Hairun, sebuah kebun miliknya. Karena sebelumnya beliau berwasiat agar dikuburkan di sana.

BSI Maslahat adalah lembaga Amil Zakat Nasional Dan Nazhir Wakaf mitra strategis dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) yang terdepan dalam menguatkan ekosistem ekonomi syariah.