Larangan Menghardik Anak Yatim dalam Islam dan Dampaknya Bagi Mereka

Anak yatim, mereka yang kehilangan sosok ayah atau kedua orang tuanya, seringkali berada dalam posisi yang rentan. Lebih dari sekadar kehilangan materi, mereka juga merasakan kehilangan kasih sayang, perlindungan, dan panutan. Di tengah kerentanan ini, perlakuan yang buruk, termasuk menghardik, dapat meninggalkan luka yang membekas seumur hidup. 

Menghardik adalah tindakan membentak, memarahi dengan kasar, merendahkan, atau memperlakukan seseorang dengan tidak hormat. Dalam konteks anak yatim, menghardik bisa berupa kata-kata kasar, hinaan, atau perlakuan yang merendahkan martabat mereka. 

Dampak Buruk Menghardik Anak Yatim 

Menghardik anak yatim dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, baik secara psikologis maupun sosial: 

  • Trauma Emosional: Anak yatim yang dihardik dapat mengalami trauma emosional yang mendalam. Mereka merasa tidak aman, tidak dicintai, dan tidak berharga. 
  • Rendahnya Harga Diri: Perlakuan kasar dapat merusak harga diri anak yatim. Mereka mungkin merasa malu, minder, dan tidak percaya diri. 
  • Gangguan Mental: Dalam kasus yang parah, menghardik anak yatim dapat memicu gangguan mental seperti depresi, kecemasan, atau gangguan stres pascatrauma (PTSD). 
  • Kesulitan Berinteraksi Sosial: Anak yatim yang sering dihardik mungkin mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial. Mereka mungkin menjadi pendiam, pemalu, atau justru agresif. 
  • Kehilangan Kepercayaan: Menghardik anak yatim dapat merusak kepercayaan mereka terhadap orang dewasa dan dunia di sekitarnya. 
  • Tertutupnya Potensi Diri: Luka psikologis akibat perlakuan buruk dapat menghambat perkembangan potensi anak yatim. Mereka mungkin kehilangan motivasi untuk belajar, berkarya, atau meraih cita-cita. 

Baca juga : Meriahkan HUT RI Ke-79, BSI Maslahat berbagi Kebahagiaan bersama 500 anak Yatim di Gramedia Pettarani Makassar

Larangan Menghardik Anak Yatim dalam Al-Qur’an dan Hadist 

Dalam Islam, menghardik anak yatim adalah tindakan yang sangat dilarang. Al-Qur’an secara tegas mengingatkan: 

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.” (QS. Al-Ma’un: 1-3) 

Ayat ini menunjukkan bahwa menghardik anak yatim adalah salah satu ciri orang yang mendustakan agama. Selain itu, Al-Qur’an juga menekankan pentingnya memperlakukan anak yatim dengan baik: 

“Dan mereka bertanya kepadamu mengenai anak-anak yatim. Katakanlah: “Memperbaiki keadaan mereka adalah baik”.” (QS. Al-Baqarah: 220) 

Rasulullah SAW juga sangat menekankan pentingnya menyantuni anak yatim. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda: 

“Aku dan orang yang memelihara anak yatim akan berada di surga seperti ini,” sambil beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengah serta merenggangkan keduanya. (HR. Bukhari)

Baca juga : BSI Maslahat Rayakan Milad Bersama Anak Yatim di Dunia Fantasi Ancol Jakarta

Dukungan untuk Anak Yatim di Bulan Muharram 

Bulan Muharram, sebagai bulan pertama dalam kalender Hijriyah, memiliki kedudukan yang istimewa dalam Islam. Selain dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, bulan ini juga menjadi momentum yang tepat untuk meningkatkan kepedulian terhadap sesama, terutama anak yatim. 

Memberikan dukungan kepada anak yatim di bulan Muharram memiliki keutamaan tersendiri. Di bulan yang penuh berkah ini, pahala kebaikan dilipatgandakan. Oleh karena itu, banyak umat Muslim yang memanfaatkan bulan Muharram untuk memberikan santunan, sedekah, atau hadiah kepada anak yatim. 

Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendukung anak yatim di bulan Muharram: 

  • Memberikan Santunan: Menyediakan kebutuhan dasar anak yatim seperti makanan, pakaian, dan perlengkapan sekolah. 
  • Mengunjungi Panti Asuhan: Meluangkan waktu untuk mengunjungi panti asuhan dan berbagi kebahagiaan dengan anak-anak yatim. 
  • Mengadakan Acara Bersama Anak Yatim: Mengadakan acara seperti buka puasa bersama, perayaan hari besar Islam, atau kegiatan rekreasi yang melibatkan anak yatim. 
  • Berdonasi: Menyumbangkan sebagian harta untuk membantu program-program yang mendukung kesejahteraan anak yatim. 
  • Menjadi Orang Tua Asuh: Jika memungkinkan, menjadi orang tua asuh bagi anak yatim dan memberikan mereka kasih sayang dan perhatian yang mereka butuhkan. 

Mari kita bersama-sama melindungi dan menyayangi anak yatim, memberi dukungan yang mereka butuhkan untuk meraih masa depan yang lebih baik melalui https://digital.bsimaslahat.or.id/yatim. Dengan begitu, kita tidak hanya menjalankan perintah agama, tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan penuh kasih sayang. 

Baca juga : BSI Maslahat Rayakan Muharram Ceria Bersama Ribuan Anak Yatim Se-Indonesia