Gerhana Bulan di Bulan Ramadan 1446 Hijriyah – 2025

Gerhana bulan total, yang merupakan salah satu peristiwa astronomi yang paling menakjubkan dan menarik perhatian banyak orang, akan terjadi pada bulan Maret 2025, dan peristiwa ini akan bertepatan dengan bulan suci Ramadan, sehingga membuat momen ini semakin istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia.

Peristiwa gerhana bulan total terjadi ketika Bumi berada tepat di antara Matahari dan Bulan, sehingga bayangan Bumi sepenuhnya menutupi wajah Bulan. Fenomena ini hanya dapat terjadi saat fase bulan purnama, ketika posisi Matahari, Bumi, dan Bulan membentuk garis lurus. Durasi gerhana bulan total ini dapat mencapai hampir dua jam, jauh lebih lama dibandingkan gerhana matahari yang hanya berlangsung beberapa menit di lokasi tertentu. Gerhana bulan total bukan hanya sebuah pemandangan yang menakjubkan, tetapi juga momen yang mengingatkan kita akan keajaiban alam semesta yang mengelilingi kita.

Daerah yang dapat melihat Gerhana Bulan

Dilansir dari sosial media BMKG, tidak semua daerah di dunia memiliki kesempatan untuk melihat fenomena langka yang sangat menarik ini. Gerhana Bulan Total yang diperkirakan terjadi pada tanggal 14 Maret 2025  akan terlihat dengan jelas di beberapa bagian Amerika dan Eropa. Kedua wilayah ini memiliki posisi geografis yang sangat tepat, yang memungkinkan untuk mendapatkan tampilan yang optimal ketika gerhana berlangsung. Namun, pada akhir fase penumbra akan terlihat di Indonesia Bagian Timur.

Namun, situasi di Indonesia, termasuk kota Jakarta, berbeda. Di negara kita, gerhana bulan ini tidak akan bisa dilihat. Beberapa faktor terkait dengan geografi dan waktu terjadinya peristiwa ini menjadi hambatan utama bagi masyarakat di sini untuk mengamati gerhana tersebut. Dengan kondisi ini, penduduk Indonesia harus bersabar dan menunggu sampai gerhana bulan berikutnya yang dapat dilihat dari wilayah Nusantara.

Menurut Space, berikut adalah daftar wilayah yang akan dapat menyaksikan keindahan Gerhana Bulan Total pada tanggal 14 Maret 2025. Di Amerika Utara, ini termasuk negara-negara seperti Alaska, Hawaii, Kanada, dan Meksiko. Di Amerika Selatan, negara yang bisa melihat gerhana ini adalah Brasil, Argentina, dan Chili. Di Benua Eropa, orang-orang di Spanyol, Prancis, dan Inggris juga akan memiliki kesempatan untuk menyaksikannya. Selain itu, di kawasan Afrika, orang yang berada di Afrika Barat, Tanjung Verde, Maroko, dan Senegal akan dapat menikmati fenomena ini. Terakhir, di Oseania, khususnya di Selandia Baru, juga akan ada kesempatan untuk melihat gerhana bulan ini dengan jelas.

Selain Gerhana Bulan Total, akan ada juga Gerhana Matahari Sebagian yang dapat dilihat di lokasi-lokasi tertentu. Gerhana ini akan terjadi pada tanggal 29 Maret tahun 2025 dan hanya dapat disaksikan di beberapa area di Eropa, Afrika Utara, dan Eropa Barat.

Beberapa wilayah yang akan dapat menikmati Gerhana Matahari Sebagian ini termasuk bagian timur Kanada dan Amerika Serikat, seperti New Brunswick, Quebec bagian utara, dan Maine. Di Eropa, orang-orang di Greenland Barat, Westfjords Islandia, Kepulauan Inggris, Norwegia Utara, serta kota-kota besar seperti Paris, Berlin, dan Moskow juga akan dapat melihat gerhana tersebut. Di Afrika Barat Laut, negara-negara seperti Maroko, Sahara Barat, dan Aljazair juga termasuk dalam daftar tempat yang akan menyaksikan fenomena alam yang luar biasa ini.

Bagi masyarakat di daerah yang tidak dapat melihat langsung gerhana ini, termasuk mereka yang berada di Indonesia, masih ada cara untuk menikmati keindahan fenomena ini. Salah satunya adalah dengan menyaksikan siaran langsung yang biasanya disediakan oleh berbagai observatorium atau platform astronomi online. Melalui siaran ini, orang-orang tetap bisa merasakan momen yang luar biasa ini meskipun mereka tidak bisa melihatnya secara langsung.

Baca juga : Kapan Malam Lailatul Qadar? Simak Penjelasan Berikut

Hukum Melaksanakan Shalat Gerhana

Bagi umat Muslim, disarankan untuk melaksanakan shalat gerhana sesuai dengan sunnah Rasulullah, sebagai bentuk ibadah dan pengingat akan kebesaran Allah SWT.

Nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada kita bila terjadi gerhana untuk berdoa kepada Allah, mendirikan salat sunnah gerhana, bertakbir dan bersedekah, sebagaimana sabda beliau yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, yang berbunyi:

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana, maka banyaklah berdoa kepada Allah, bertakbirlah, dirikan shalat dan bersedekahlah.”

Selain itu, Nabi Muhammad juga mengajarkan bahwa ketika gerhana terjadi, hendaknya kita menghadirkan rasa takut kepada Allah SWT. Sebab, peristiwa tersebut mengingatkan kita akan tanda-tanda kejadian hari kiamat, atau karena takut azab Allah diturunkan akibat dosa-dosa yang dilakukan.

Tata Cara Shalat Gerhana

Majelis Ulama Indonesia  menyebutkan bahwa Shalat gerhana (khusuf) termasuk dalam kategori sunnah muakkadah, yaitu shalat sunnah yang sangat dianjurkan. Bagi yang ingin melaksanakan shalat gerhana matahari, dapat mengikuti tata cara yang telah ditentukan, mulai dari bacaan, rakaat hingga niatnya.

Adapun tata cara pelaksanaan shalat gerhana adalah sebagai berikut:

  1. Apabila terjadi gerhana matahari atau gerhana bulan, maka dilaksanakan salat kusuf dan Imam menyerukan ash-shalatu jamiah. Salat kusuf dilaksanakan berjamaah, serta tanpa azan dan tanpa iqamah.
  2. Pertama-tama, seseorang harus berniat dalam hati. Niat ini penting sebagai tanda penyampaian kepada Allah SWT tentang maksud kita untuk melakukan shalat sunah gerhana bulan dua rakaat sebagai imam atau makmum karena-Nya.
  3. Selanjutnya, lakukan takbiratul ihram. Ini adalah langkah awal yang menunjukkan bahwa kita telah memasuki shalat, sama seperti dalam shalat biasa kita mengangkat tangan dan mengucapkan takbir.
  4. Setelah itu, bacalah do’a iftitah diikuti dengan berta’awudz, yang merupakan membaca ayat untuk meminta perlindungan dari Allah. Kemudian, lanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah, di mana setelahnya disarankan untuk membaca surat yang panjang seperti surat Al Baqarah, dan suara bacaan ini harus dibesarkan agar terdengar jelas dan tidak lirih.
  5. Setelah selesai membaca, lakukan ruku’. Ini adalah posisi di mana kita membungkuk dan mengagungkan Allah.
  6. Bangkit dari ruku’ dengan posisi i’tidal. Saat berdiri tegak, ucapkan “Sami’allahu Liman Hamidah, Rabbana Wa Lakal Hamd”, yang artinya Allah mendengar orang yang memuji-Nya, ya Tuhan kami bagi-Mu segala puji.
  7. Dari posisi i’tidal ini, kita tidak langsung sujud, tetapi melanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat Al Quran lainnya. Dalam posisi berdiri yang kedua ini, bacaan dan waktu yang digunakan sebaiknya lebih singkat dibandingkan dengan yang pertama.
  8. Setelah selesai berdiri kedua kalinya, lakukan ruku’ kembali untuk yang kedua kalinya. Namun, panjangnya ruku’ ini lebih singkat dibandingkan ruku’ sebelumnya.
  9. Kemudian, bangkitlah dari ruku’ untuk masuk ke posisi i’tidal kembali.
  10. Lanjutkan dengan sujud. Panjangnya sujud ini seharusnya sama dengan panjang ruku’. Setelah sujud, duduklah sejenak di antara dua sujud, lalu lakukan sujud kembali.
  11. Bangkit dari sujud tersebut dan kerjakan raka’at kedua dengan cara yang sama seperti raka’at pertama tetapi dengan bacaan dan gerakan yang lebih singkat.
  12. Setelah selesai melaksanakan raka’at kedua, akhiri shalat dengan mengucapkan salam.

Setelah pelaksanaan shalat, imam atau khatib akan menyampaikan khutbah. Khutbah ini terdiri dari dua khutbah, mirip dengan khutbah pada shalat Idul Fitri atau Idul Adha. Dalam khutbah tersebut, para jemaah dihimbau untuk berdzikir, berdoa, dan beristighfar, serta sangat dianjurkan untuk bersedekah sebagai bentuk ibadah dan kepedulian kepada sesama. Secara keseluruhan, dalam dua raka’at shalat gerhana ini, jumlah bacaan Al Fatihah, ruku’, dan i’tidal menjadi total empat kali.

Semoga fenomena gerhana kali ini meningkatkan kedekatan kita kepada Allah Swt, membesarkan hati kita untuk ikhlas menolong sesama, serta menjaga kita untuk selalu ramah terhadap alam sekitar kita.

Baca juga : Inilah Manfaat Puasa Bagi Kesehatan Mental dan Fisik