Putri Rasulullah Saallallahu Alaihi Wassalam, yakni Sayyidah Fatimah Azzahra merupakan sosok wanita yang dijuluki pemimpin perempuan umat Islam dan teladan terbaik bagi seluruh kaum perempuan di dunia. Selama hidup hingga akhir hayatnya, ia sangat menjaga kehormatannya.
Di masa-masa mendekati hari kewafatannya sayyidah Fatimah inilah, menjadi awal dari adanya keranda jenazah seperti yang banyak digunakan umat Islam hingga saat ini.
Baca juga: Zakat Dalam Islam, Kedudukan dan Tujuan Syar’inya
Dalam kitab Imam Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah dikisahkan bahwa ketika Rasulullah Saallallahu Alaihi Wassalam memberitahu sayyidah Fatimah, bahwa setelah Rasulullah wafat, sayyidah Fatimah lah orang pertama dari kalangan keluarga yang akan menyusul Rasulullah wafat.
Mendengar itu, sayyidah Fatimah bahagia sekaligus bkhawatir, ia bahagia karena akan segera menyusul ayahnya yaitu Rasulullah Saallallahu Alaihi Wassalam tapi di sisi lain ia dilanda perasaan khawatir.
Sayyidah Fatimah khawatir jika beliau wafat nanti kemudian jasad beliau dikafani, dan akan dibawa di atas peti mati untuk dikuburkan sedangkan peti mati ketika itu hanyalah sebuah kayu datar yang terbuka, beliau tidak mau orang-orang yang bukan mahramnya melihat lekuk tubuh beliau.
Kekhawatirannya ini beliau ceritakan kepada saudari ipar beliau yakni sayyidah Asma’ Binti Umais.
Baca juga: Bacaan Niat Puasa Ayyamul Bidh Bulan Rajab dan Keistimewaannya
Mendengar cerita sayyidah Fatimah, sayyidah Asma berkata “saat aku menemani suamiku hijrah ke Habasyah, di sana aku melihat jenazah orang meninggal dunia dibawa oleh peti yang tertutup semua sisinya.
Ketika peti mati sudah jadi, dan akan di bawa peti tersebut kemudian ditutup kembali dengan sebuah kain yang luas hingga tubuh si mayat yang dibawa di atasnya tidak mungkin terbentuk.
Mendengar hal itu, sayyidah Fatimah sangat Bahagia, dan meminta sayyidah asma untuk menyampaikan kepada suaminya agar meminta tukang kayu membuatkan peti mati tersebut untuk sayyidah Fatimah.
Tak lama dari situ, sayyidah Fatimah pun berpulang. Beliau wafat pada usia 28 tahun dan dimakamkan di Baqi’. Peti mati yang dipersiapkannya bersama sayyidah Asma’ binti Umais digunakan untuk mengantarkan jenazahnya ke tempat peristirahatan terakhir itulah yang sekarang kita sebut keranda. Keranda itu tertutup dengan baik, menjaga kehormatannya seperti yang beliau inginkan.
Betapa tingginya kemuliaan sayyidah Fatimah bahkan hingga di hari kewafatannya beliau masih saja memikirkan kehormatannya. Seperti sabda Nabi Muhammad Saallallahu Alaihi Wassalam kepada sayyidah Fatimah “Wahai Fatimah, tidakkah engkau ridho Allah telah menjadikanmu Pemimpin Wanita di Surga.”
Semoga kisah yang kita dengar ini dapat menjadi pelajaran dan teladan yang menginspirasi bagi kita semua, terutama bagi para Muslimah, agar senantiasa menjaga kehormatan diri, mempererat ikatan dengan nilai-nilai agama, dan selalu bersikap penuh kesopanan serta kebijaksanaan dalam setiap langkah yang diambil, sehingga dapat mencerminkan kesucian dan kemuliaan seorang wanita Muslimah dalam setiap aspek kehidupan.
Di 44 hari menuju Ramadan mari sempurnakan ibadah dengan melunasi hutang puasa atau menunaikan fidyah melalui Digital BSI Maslahat https://digital.bsimaslahat.or.id/campaign/fidyah. Dengan membayar fidyah, sobat tidak hanya menunaikan kewajiban, tetapi juga membantu mereka yang membutuhkan.
BSI Maslahat adalah lembaga Amil Zakat Nasional Dan Nazhir Wakaf mitra strategis dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) yang terdepan dalam menguatkan ekosistem ekonomi syariah.