Krisis pangan menarik perhatian para pemimpin dunia sebagai ancaman yang serius. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah mengeluarkan peringatan keras tentang ancaman berbagai krisis pangan global. Diperkirakan 179 sampai 181 juta orang di 41 negara akan menghadapi krisis pangan.
Ancaman krisis pangan global ini kemudian menjadi bahasan penting dan menjadi sorotan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Menteri Luar Negeri RI. Retno Marsudi, menilai angka krisis pangan cukup mengkhawatirkan. Situasi ini mengingatkan kita pada kisah Nabi Yusuf Alaihissalam dengan strateginya yang dapat menangani krisis tersebut.
Ancaman Krisis Pangan Zaman Nabi Yusuf AS
Ancaman krisis pangan sudah ada bahkan pada masa Nabi Yusuf, ketika rajanya adalah Raja Quisfir atau Raja Al-Aziz. Ceritanya bermula ketika raja melihat dalam mimpi tujuh ekor sapi gemuk sedang dimakan oleh tujuh ekor sapi kurus, serta tujuh bulir gandum hijau dan tujuh butir gandum kering.
Raja juga mengumpulkan para pejabat dan penafsir mimpi dari seluruh bangsa untuk menafsirkan mimpi tersebut. Namun, raja tidak puas dengan jawaban para pejabat pemerintah.
Lalu ada seorang narapidana bernama Yusuf yang terkenal dengan kemampuannya menafsirkan mimpi orang. Berita ini sampai ke telinga raja.
Raja meminta Yusuf untuk menafsirkan mimpinya. Raja pun mengeluarkan perintah untuk mendekatkan Nabi Yusuf ke tangan kanannya. Kemudian Nabi Yusuf berkata kepada raja bahwa akan terjadi krisis pangan atau kelaparan selama tujuh tahun, namun sebelum itu masih ada tujuh tahun lagi yang bisa digunakan untuk meningkatkan produksi pangan.
Ancaman Krisis Pangan Saat Ini
Ancaman krisis pangan global ini sebagaimana peristiwa di zaman Nabi Yusuf juga kita alami saat ini, para raja (pemimpin dunia) mengabarkan adanya ancaman Krisis pangan global.
Salah satu sebabnya adalah karena jumlah penduduk dunia meningkat begitu pesat, dimana jumlah penduduk dunia kini menembus angka 8 milyar jiwa. Sementara itu kemampuan bumi dalam memproduksi pangan semakin menurun dikarenakan banyaknya lahan persawahan yang dijadikan rumah/bangunan, serta efek rumah kaca (global warming).
Juga menurunnya minat penduduk di daerah penghasil pangan dunia seperti di Indonesia untuk menjadi petani. Padahal Indonesia berada dalam kriteria wilayah yang sangat diharapkan bisa memproduksi pangan bagi dunia, sebab memenuhi kriteria berikut:
Inilah sebabnya kini lahan-lahan kita sudah banyak yang dikuasai oleh bukan pribumi, krisis di Natuna (laut China selatan) yang saat ini terjadi, bisa saja menjadi cikal bakal Perang Dunia keempat yang disebabkan karena perebutan sumber pangan.
Baca Juga: Ringankan Beban Dhuafa, BSI Maslahat Bagikan Makanan Gratis Lewat Program Warteg Mobile
Nabi Yusuf AS Diangkat Sebagai Menteri Keuangan
Mengacu pada kisah Nabi Yusuf, dimana setelah menafsirkan mimpi raja dan diangkat menjadi tangan kanannya, Nabi Yusuf meminta raja untuk dijadikan menteri keuangan untuk mengurusi dan mengatasi ancaman krisis pangan.
Dalam kurun waktu tujuh tahun tersebut, Nabi Yusuf sebagai Menteri Keuangan mulai menggenjot produksi pangan. Dalam rangka menggenjot dan memperbaiki produksi pangan dibutuhkan jumlah uang yang tidak sedikit.
Oleh sebab itu, Nabi Yusuf meminta raja untuk menjadikannya Menteri Keuangan daripada Menteri Pangan atau Menteri Pertanian. Nabi Yusuf mulai menyusun konsep dan strategi ketahanan pangan.
Strategi Pemanfaatan Lahan dan Penyimpanan
Beliau memerintahkan dan menggerakan rakyat untuk mengefektifkan lahan yang ada, jangan sampai ada lahan tidur. Semua lahan digerakkan dan diperintahkan menanam bahan-bahan pangan.
Kemudian hasil panennya disimpan di dalam gudang yang dapat menjaga hasil panen tadi tetap utuh dan baik. Nabi Yusuf akan mengeluarkan atau membuat surat keterangan atau semacam resi gudang yang surat resi gudang itu berfungsi sebagai uang, itulah sebabnya beliau meminta pada raja untuk dijadikan menteri keuangan.
قَالَ اجْعَلْنِيْ عَلٰى خَزَاۤىِٕنِ الْاَرْضِۚ اِنِّيْ حَفِيْظٌ عَلِيْمٌ
“Dia (Yusuf) berkata, “Jadikanlah aku (Menteri Keuangan)/ bendaharawan negeri (Mesir); karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan.” (QS: Yusuf: 55)
Jadi resi gudang nantinya dapat digunakan rakyat sebagai mata uang yang disepakati untuk bertransaksi dalam komunitas kerajaan Mesir.
Permintaan Nabi Yusuf untuk menjadi menteri keuangan inilah yang bisa kita tafsirkan sekarang dengan jelas melalui fenomena cryptocurrency (uang kripto) sebagai people money (mata uang rakyat) yang berlaku melalui kesepakatan komunitas seperti fenomena cryptocurrency sekarang ini.
Mari berbagi kebahagiaan dan memperbanyak amalan dengan bersedekah di BSI Maslahat melalui rekening 7088844488 a.n. BSI Maslahat-Infak atau melalui BSI Mobile https://bsim.page.link/infaq-maslahat. Donasi juga dapat dilakukan melalui https://digital.bsimaslahat.or.id/campaign/sedekah.
BSI Maslahat adalah lembaga Amil Zakat Nasional dan Nazhir Wakaf mitra strategis dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) yang terdepan dalam mengelola zakat dan turut menguatkan ekosistem ekonomi syariah.