Kisah Dibalik Bacaan Tahiyyat Akhir Salat di Isra Mi’raj yang Perlu Kamu Tahu Agar Salatmu Lebih Khuysuk

Tasyahud atau Tahiyyat merupakan salah satu rukun salat . Wajib bagi setiap muslim membaca lafaz Tahiyyat dengan benar dan merenungkan makna setiap katanya agar salat menjadi lebih khusyuk.

Ternyata bacaan tahiyyat dalam salat merupakan dialog percakapan langsung Nabi Muhammad SAW dengan Allah SWT di Sidratul Muntaha ketika terjadi peristiwa Isra Mi’raj. Bacaan tersebut memiliki kisah yang sangat indah dan makna tersirat yang begitu mendalam apabila kita mengetahui kisah dibalik bacaan tahiyyat akhir tersebut.

Lantas bagaimana kisahnya? dalam artikel ini akan diuraikan kisah dibalik bacaan tahiyyat akhir salat di isra mi’raj yang perlu kamu tahu agar salatmu lebih khuysuk.

Baca juga: Zakat Dalam Islam, Kedudukan dan Tujuan Syar’inya

Kisah Dibalik Bacaan Tahiyyat Akhir Salat di Isra Mi’raj yang Perlu Kamu Tahu Agar Salatmu Lebih Khuysuk

Isra Mi’raj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW menembus 7 lapisan langit dalam waktu satu malam. Sebenarnya Isra dan Miraj merupakan dua peristiwa berbeda. Namun, karena dua peristiwa ini terjadi pada waktu yang bersamaan, disebutlah Isra Mi’raj.

Isra merupakan perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram di Mekah menuju Masjidil Aqsa di Palestina. Sementara, Miraj adalah perjalanan Nabi Muhammad dari bumi menuju Sidratul Muntaha, yakni langit ke tujuh yang merupakan tempat tertinggi untuk menerima perintah salat dari Allah Ta’ala.

Peristiwa Isra Mi’raj terjadi pada malam tanggal 27 bulan Rajab pada tahun ke-10 kenabian Rasulullah SAW. Saat itu usia beliau 50 tahun. Isra Mi’raj menjadi sebuah penghiburan dari Allah Ta’ala  untuk Nabi Muhammad SAW karena beliau sedang dalam masa berduka atas wafatnya dua orang yang paling mendukung dakwah beliau, yakni istri tercinta sayyidah Khadijah dan sang paman Abu Thalib.  

Diceritakan oleh Ustadzah Halimah Alaydrus dalam ceramahnya melalui kanal Youtube, pada malam itu malaikat Jibri AS diperintahkan untuk mengantarkan Rasulullah SAW naik ke sidratul muntaha.  Namun Jibril tidak diperkenankan untuk mencapai Sidratul Muntaha, maka Jibril AS pun mengatakan kepada Rasulullah untuk melanjutkan perjalanannya sendiri tanpa dirinya. Rasulullah pun melanjutkan perjalanan sambil terkagum-kagum melihat indahnya Istana Allah Ta’ala hingga tiba di Arsy.

Baca juga: Bacaan Niat Puasa Ayyamul Bidh Bulan Rajab dan Keistimewaannya

Percakapan Langsung Nabi Muhammad SAW dengan Allah SWT

Setelah sekian lama menjadi Rasul, inilah pertama kalinya Nabi Muhammad SAW berhadapan dan berbincang secara langsung dengan sang Khaliq-Nya, Allah Ta’ala. Bayangkan, betapa indah dan luar biasa dahsyatnya moment ini. Sungguh kenikmatan tertinggi yang Allah berikan kepada kekasihnya.

Dan percakapan antara Nabi Muhammad dengan Allah Ta’ala dimulai. Rasulullah pun  mendekat lalu bersujud langsung dihadapan Allah dan memberi salam penghormatan kepada Allah SWT:

Attahiyatul Mubarakatush Shalawatu At Thayyibaatulillaah

artinya: “Semua penghormatan, pengagungan dan pujian hanyalah milik Allah.”

Kemudian Allah Ta’ala segera menjawab salam Rasulullah tersebut:

“Assalamu’ alaika ayyuhan Nabiyyu warahmatullahi wa barakaatuh

 artinya “Segala pemeliharaan dan pertolongan Allah untukmu wahai Nabi, begitu pula rahmat Allah dan segala karunianya.”

Mendapakan jawaban seperti ini, Rasulullah SAW tidak merasa jumawa atau berbesar diri, justru beliau tidak lupa dengan kita, umatnya. Rasulullah pun menjawab salam Allah tersebut dengan:

“Assalamu’alaina wa’ala ibadillahish shalihiin”

artinya:Semoga perlindungan dan pemeliharaan diberikan kepada kami dan semua hamba Allah yang shalih.”

Secara tidak langsung Rasulullah berkata, “terima kasih ya Allah atas salam-Mu untukku, akan tetapi sampaikan salam itu pula kepada ummatku, hamba-hamba Mu yang sholeh dan sholehah itu.”

Pada saat itu, para malaikat yang menyaksikan dari luar Sidratul Muntaha bergetar dan kagum menyaksikan betapa Rahman dan Rahim Sang Pencipta serta betapa mulia Nabi Muhammad SAW. dengan segala akhlak karimah beliau yang tak lupa pada umatnya.

Baca juga: Doa untuk Mendapat Keberkahan Sedekah

Betapa sangat cinta nya Rasulullah kepada kita, ummatnya. Hingga saat diberikan kenikmatan tertinggi sekalipun, beliau tak pernah melupakan kita. Bukan keluarga beliau yang diingat, akan tetapi kita ummatnya yang selalu beliau ingat bahkan saat di puncak kenikmatan tertinggi yang Allah berikan kepada seorang hamba.

Jadilah rangkaian dialog dalam peristiwa Isra Mi’raj menjadi bacaan dalam salat yaitu tahiyat awal dan tahiyat akhir. Bacaan ini kemudian dilengkapi dengan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai sanjungan bagi seorang Nabi mulia yang menyayangi umatnya. Bagi sobat yang baru mengetahui dan tidak terpikirkan arti dan makna kalimat dalam bacaan tersebut, semoga dengan penjelasan singkat ini kita dapat meresapi dan lebih menghayati makna salat kita sehingga menjadikan salat kita lebih khusyuk.

Mari jadikan momentum Isra Mi’raj sebagai bahan introspeksi diri dan kembali ke jalan yang lurus, jalan yang disinari cahaya menuju cahaya.

Di 30 hari menuju Ramadan mari sempurnakan ibadah dengan melunasi hutang puasa atau menunaikan fidyah melalui Digital BSI Maslahat https://digital.bsimaslahat.or.id/campaign/fidyah. Dengan membayar fidyah, sobat tidak hanya menunaikan kewajiban, tetapi juga membantu mereka yang membutuhkan.

BSI Maslahat adalah lembaga Amil Zakat Nasional Dan Nazhir Wakaf mitra strategis dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) yang terdepan dalam menguatkan ekosistem ekonomi syariah.